Jumat, 28 Januari 2011

Teori Belajar yang melandasi perlunya modul

1. Teori Belajar Kognitif

Prinsip teori kognitif, belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat dilihat sebagai tingkah laku. Teori ini menekankan pada gagasan bahwa bagian-bagian suatu situasi saling berhubungan dalam konteks situasi secara keseluruhan. Dengan demikian, belajar melibatkan proses berpikir yang kompleks dan mementingkan proses belajar, (Warsita, 2008 : 69). Proses belajar terjadi antara lain mencakup pengaturan stimulus yang diterima dan menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki dan terbentuk di dalam pikiran seseorang berdasarkan pemahaman dan pengalaman-pengalaman sebelumnya.

Yang termasuk dalam kelompok teori ini adalah teori perkembangan Piaget, teori pemahaman konsep Bruner, dan teori belajar bermakna Ausubel.

a. Teori Perkembangan Piaget

Ada empat tahap yang mengiringi perkembangan kognitif menurut Piaget yaitu: a) tahap sensorikmotorik (0-2 tahun); b) tahap preoperasional (2-6 tahun); c) tahap operasional konkrit (6-12 tahun) dan d) tahap formal (12-18 tahun). Menurut Piaget, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik.

Pemikiran lain dari Piaget tentang proses rekonstruksi pengetahuan indivi- du yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses perubahan apa yang di-pahami sesuai dengan struktur kognitif yang ada sekarang, sementara akomodasi adalah proses perubahan struktur kognitif sehingga dapat dipahami (Budiningsih, 2005: 35)

Menurut penulis pengembangan modul bermedia powerpoint ini, dalam pembelajaran nanti akan terjadi asimilasi karena materi ajar yang satu dengan yang berikutnya saling berhubungan. Disamping itu produk ini diperuntukkan peserta didik tertentu yaitu siswa SMA/MA kelas XI IPS di kabupaten Batanghari.

b. Teori Pemahaman Konsep Bruner

Dalam teori belajarnya Jerome Bruner berpendapat bahwa cara belajar yang terbaik adalah dengan memahami konsep, arti, dan hubungan melalui proses intuitif kemudian dapat dihasilkan suatu kesimpulan (Warsita, 2008: 72).

Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yaitu: a) tahap enaktif, seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upayanya untuk memahami lingkungan sekitarnya, b) tahap ikonik, seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal, c) tahap simbolik, seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika, (Budiningsih, 2005: 41)

Dalam pengembangan modul bermedia powerpoint ini, disamping bahan ajar modul juga dikembangkan media powerpoint. Sehingga peserta didik dalam beraktivitas memahami materi melalui modul juga disajikan media visual yang menarik berupa powerpoint.

c. Teori Bermakna Ausubel

Menurut teori David Ausubel bahwa belajar seharusnya asimilasi yang bermakna bagi siswa (Budiningsih, 2005: 43). untuk terjadinya belajar bermakna maka para guru, perancang pembelajaran, dan pengembang program-program pembelajaran harus selalu berusaha mengetahui dan menggali konsep-konsep yang telah dimiliki peserta didik dan membantu memadukannya secara harmonis dengan pengetahuan baru yang akan dipelajari, (Warsita, 2008: 73).

Keberhasilan belajar peserta didik sangat ditentukan oleh kebermaknaan bahan ajar yang dipelajari. Dalam penelitian dan pengembangan ini, penulis membuat sebuah bahan ajar modul, sehingga akan terjadi pembelajaran yang bermakna.

2. Teori Belajar Konstruktivis

Teori ini merupakan teori baru dalam psikologi pendidikan yang banyak didasari dari teori belajar kognitif. Teori belajar konstruktivisme menekankan agar individu secara aktif menyusun dan membangun (to construct) pengetahuan dan pemahaman, (Santrock, 2008: 8). Penyusunan dan pembentukan penge- tahuan ini harus dilakukan oleh peserta didik. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari.

Karna menurut teori belajar konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran peserta didik. Artinya, bahwa peserta didik harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Dengan kata lain, peserta didik tidak diharapkan sebagai botol kosong yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru.

Peran guru dalam belajar konstruktivistik adalah membantu agar proses pengkonstruksian pengetahuan oleh peserta didik berjalan lancar. Peserta didik dalam mengkonstruksi pengetahun perlu disediakan sarana belajar seperti bahan, media, peralatan, dan fasilitas lainnya (Budiningsih, 2005: 59).

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, menurut penulis pengembangan modul bermedia powerpoint ini cocok sekali dengan pembelajaran konstruktivis. Karna dalam pembelajaran nanti peserta didik membangun sendiri pengetahuan- nya dengan cara mempelajari modul tersebut. Peserta didik diberi kebebasan dalam memahami isi modul tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar